31/05/2023

Detikmenak.com

Berita & Informasi, Blog

Menikah dengan Pariban, Pilihan atau malah Jodoh Mentok pada Masyarakat Batak?

Spread the love

Detikmenka.com – Menikah memang bukanlah hal gampang pada pria batak, kadang urusan mencari jodoh atau pasangan di Indonesia merupakan urusan yang kompleks, apalagi kalau kamu terlahir sebagai suku Batak kayak saya. Misalnya, ketemu cowok atau cewek yang cakep nih.

 Menikah dengan Pariban, Pilihan atau malah Jodoh Mentok pada Masyarakat Batak?
Gambar Ilustrasi pernikahan adat Batak

Lalu kenalan, lantas jalan bareng, terus sudah nyaman, sudah mengutarakan perasaan, eh tahu-tahunya ito
Jodoh itu gampang-gampang susah. Apalagi di zaman now, sebab semakin tingginya ekspetasi para jomblo.

Lucunya, semakin memilih karena banyak pilihan, semakin jauh pula jodohnya. Parahnya, umur tidak menunggu dan berkejaran dengan pertanyaan horor, “Kapan menikah? Mana pendampingmu, atau sudah berapa anakmu?”

Aneh tapi nyatanya, apakah kesulitan jodoh ini karena ketinggian kriteria, atau apa? Sebab, di zaman nenek dan kakek kita mereka aman dan langgeng saja perkawinannya.

Padahal perkawinan zaman dulu banyak dikarenakan perjodohan. Sementara di zaman sekarang justru jodoh menjadi barang langka, ketika perjodohan sudah tidak lagi mengikat seperti dulu.

Mungkin pengecualian pada masyarakat Batak, karena hingga kini masih kental dengan perjodohan. Tidak sedikit dalam lingkup masyarakat Batak banyak yang menikah dengan Pariban sendiri. Inilah perkawinan yang dianggap paling ideal oleh masyarakat Batak.

Buat yang belum tahu, kalau ada cowok atau cewek yang marganya sama dengan kita atau dalam rumpun marga yang sama, maka mereka disebut ito. Dan itu cilaka dua belas namanya.

Sampai-sampai kadang membatin, “Ah, andaikan marga saya bukan ini.” Namun apa boleh buat, marga Batak melekat dari lahir, sekolah, kuliah, drop out, nganggur, mati. Nempel terus.

gambar Pernikahan adat batak Judika sihotang dengan duma riris via/id.theasianparent.com

Dan identitas marga kayak gini lah yang tak jarang bikin orang Batak jadi kesulitan untuk menemukan jodoh—entah pacar atau calon suami maupun istri.

Baca juga :  Cara Pembuatan ulos batak cara manul

Kayak datang ke acara gereja misalnya, lantas kamu ketemu cowok atau cewek kesepian yang cuakepnya nggak ketulungan. Sudah kenalan, sudah ngopi-ngopi bareng, udah ke gereja bareng, udah mengutarakan perasaan, eh tahu-tahunya bere (ponakan) atau tulang (paman).

Buat yang belum tahu, bere itu kalau si marga ibunya si cewek sama dengan marga si cowok. Nah kalau kayak gitu, otomatis si cewek manggil tulang dan si cowok manggil bere. Dapat pacar kagak, dapat saudara iya.

Hadeh, Meski memang proses perjodohannya lebih tersamar dan tidak vulgar seperti dulu. Tetapi budaya atau adat seperti ini masih berjalan, salah satu alasannya dalam rangka meneruskan garis keturunan. Sebagai jembatan dalam pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu.

Mengenai pengertian Pariban itu adalah sepupu, atau anak gadis dari paman (Tulang) dari garis keturunan ibu, atau juga anak gadis dari kerabat anak laki-laki bibi (Namboru) dari ayah.

Tetapi pernikahan marpariban hanya berlaku untuk anak laki-laki Namboru dengan anak perempuan Tulang. Sekilas ini seperti perkawinan sedarah, tetapi bagi masyarakat Batak yang menjadi identitas itu adalah marga.

Sehingga jika marganya berbeda maka tidak sedarah, mengingat suku Batak menganut patrialisme atau garis keturunan ayah. Jadi marga diturunkan oleh ayah, dan bukan ibu.

Tidak salah sih, tetapi soal cinta bicara hati. Jadi meski tumbuh bersamapun belum tentu tumbuh benih cinta. Ini bukan gengsi, tetapi bicara hati. Sebab jodoh bisa datang tanpa diduga, dan kalau memang jodohnya sepupu atau pariban sendiri, kenapa tidak?

Jodoh tidak ada urusannya dengan gengsi, dan dikejar umur. Kitanya saja yang harus jujur pada diri sendiri, apakah kita cukup terbuka memberikan hati ini kepada orang lain?

Baca juga :  Naniura, Makanan Khas Batak (Dekke Naniura)

jadi setelah membaca artikel ini saya harap kalian yang sudah cukup umur atau malah yang ingin bersanding di pelaminan untuk memastikan jika menikah bukanlah hal yang ingin di pertontonkan.

apalagi kalau pada adat batak menikah adalah salah satu cara untuk memperbesar marga dan kerurunan oarang batak yang nantinya akan menyebar luar kemana mana yang pasti jangan sampai lupa Bona ni Pinasa kata Petuah Kita atau Nenek moyang